Minggu, 09 Oktober 2016

Tujuh Kiat Menjaga Diri Agar Hidup Bahagia dan Damai

Ulasan berikut adalah tentang tujuh kiat praktis untuk menjaga hidup bahagia dan damai.
Sebelum saya bahas tentang tujuh kiat tersebut, penting dipahami dulu apa itu kebahagiaan. Memperdalam filosofi kebahagiaan adalah tahap dasar yang mesti dipahami lebih dulu. Hal ini akan menentukan cara hidup kita selanjutnya.


APA ITU KEBAHAGIAAN?
Umumnya orang menganggap kebahagiaan dan kesenangan adalah sama. Padahal itu adalah hal yang berbeda. Penderitaan dan kesenanganlah yang sama, karena keduanya didasari bentuk ketegangan. Filosofi kebahagiaan yang mendalam adalah pemahaman bahwa kebahagiaan itu tanpa sebab. Penderitaan dan kesenanganlah yang memiliki penyebab, karena itu penderitaan dan kesenangan bisa diatasi. Segala hal yang bisa muncul pasti bisa lenyap. Penderitaan bisa muncul, maka penderitaan bisa lenyap. Demikian juga kesenangan. Sedangkan kebahagiaan tidak ada sebab, karena itu kebahagiaan tidak bisa berakhir. Pengertian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan termasuk hal yang tak terkondisi (unconditional), sedangkan penderitaan dan kesenangan bersifat terkondisi (conditional).


EMPAT KAUDRAN
Memahami aspek kebahagiaan lainnya adalah dengan memahami adanya 4 kuadran. Kuadran ini dibagi sesuai kategori saat ini dan besok. Besok maksudnya adalah tentang waktu yang bukan saat ini. Lebih jelas bisa lihat pada tabel kuadran berikut ini.


Kuadran I dan II adalah penderitaan, pola hidup yang tidak bisa menjaga kebahagiaan dan kedamaian. Biasanya ketika seseorang mengira kesenangan sebagai kebahagiaan, dia akan mengejar kesenangan. Dipikirnya kesenangan adalah solusi dari penderitaannya, hasilnya ketegangan semakin berkembang dan ketika kesenangan itu lewat, dia kembali terjerumus pada penderitaan. Jika sudah demikian, berkutat pada reaksi stres seperti kemarahan dan kebencian. Ketika memasuki keadaan seperti itu, dia masuk pada Kuadran I.

Situasi semakin menjadi absurd ketika stres menghasilkan stres.
(Jan De Vries, dalam Emotional Healing)

Banyak orang yang tidak belajar aspek pengelolaan diri terjerumus pada Kuadran I. Misalkan stres di tempat kerja entah disebabkan beban pekerjaan, atau hubungan antar manusia yang tidak baik. Ketegangan di bawa ke rumah setelah pulang kerja. Ketegangan itu mempengaruhi hubungan dengan istri atau suami bahkan juga anak. Anggap saja pada mulanya ketegangan di tempat kerja hanya skala 3, ketika pulang ke rumah timbol cekcok dan menjadi skala 4. Besok pagi kembali bekerja dengan membawa ketegangan dari rumah. Ketegangan ditempat kerja menjadi skala5, dan seterusnya, ketegangan semakin kuat. Hubungan relasi dengan tetangga yang tidak baik. Irihati dan kebencian dengan keberhasilan atau kesuksesan orang lain, semua itu semakin memperkuat ketegangan dan skala menjadi semakin bertambah. Kuadran I dicirikan dengan keadaan yang berlarut-larut seperti ini. Sayang sekali orang yang berada di Kuadran I hanya menganggap kesenangan sebagai satu-satunya solusi. Mulailah berkutat dari Kuadran I dan II, silih berganti, namun akhirnya tetap di Kuadran I dalam jangka waktu yang lama.

Seringkali penderitaan mempengaruhi temperamen dan menjadi kepribadian, tepatnya kepribadian yang menderita. Jika tidak mawas diri dan mulai menyadari belajar terapi diri dan pengelolaan diri, maka hidupnya tidak tertolong. Pada kenyataannya hanya diri sendiri yang bisa menolong, karena penderitaan itu hanya diri sendiri yang membuatnya.

Memasuki Kaudran III adalah diawali kesadaran diri bahwa tidak ada manfaat jika berlarut-larut di Kuadran I dan II. Filosofi kebahagiaan yang saya jelaskan di awal adalah momentum yang sesuai agar kita berrefleksi sejenak dan mulai memahami bahwa kebahagiaan dan kedamaian adalah kebutuhan. Memang itulah yang menjadi fokus tujuankita yang sesungguhnya.

Melangkah ke Kuadran III tentu melawan arus kebiasaan. Tentu seseorang akan beradaptasi dan merasa tidak nyaman pada awalnya. Pengendalian diri, latihan menyederhanakan diri, latihan mulai mengekspresikan kebaikan hati, belajar untuk tulus, itu mungkin  tidak mulus. Seseorang akan sedikit tergelincir pada kebiasaan lama, tapi dengan pengendalian diri yang baik, walaupun saat ini tidak nyaman, tapi besok akan lebih nyaman. Untuk itulah perlu melangkah pada Kuadran IV.

Pada Kuadran IV seseorang mulai menumbuhkan kebijaksanaan (wisdom). Pengendalian diri tanpa wisdom akanmemberi ketidaknyamanan oleh karena wisdom belum diberdayakan. Jika wisdom tumbuh maka kita akan kembali pada kesederhanaan (simplicity) dan kebaikan hati (kindness), dengan sendirinya kedamaian dan kebahagiaan akan dirasakan.


Umumnya praktisi meditasi yang mengolah kesadaran dan wisdom, melakukan transformasi dari Kuadran III ke Kuadran IV.  Orang dengan Kuadran IV adalah orang yang sangat produktif dalam arti konflik diri menjadi sangat rendah, sehingga justru bisa fokus pada tujuan hidup. Hal menarik dari Kuadran IV walaupun fokus tujuan namun dia bisa menikmati proses perjalanan yang dilaluinya. Kebahagiaan bisa diakses saat ini tanpa menunggu hari esok, karena itu praktisi meditasi lanjut memiliki kemampuan alami untuk melihat hidup “apa adanya”, kebahagiaan dan kedamaian bisa dilakukannya sepanjang proses perjalanan.

Berikut ini adalah tujuh kiat yang bisa dipraktikkan baik meditator maupun yang masih awam tentang meditasi. Paling tidak tendensi Kuadran I dan II direduksi, karena kualitas hidup kita tergantung pada seberapa banyak kita mereduksi dua buah kuadran tersebut.


TUJUH KIAT BAHAGIA DAN DAMAI  

1.  Don’t think your life seriously!
Jangan berpikir hidup anda dengan ‘serius’! Nasihat ini bukan berarti hidup dijalani asal-asalan, malas, tidak berusaha, tidak mau tahu, tapi tentang memperhatikan hidup dari aspek kealamiahannya.  Karena itu saya gunakan tanda kutip (‘serius’). Bedakan usaha dengan ngotot. Ngotot adalah keseriusan yang berlebihan. Seperti tumbuhan yang tidak perlu ingin tumbuh, karena sifat dari tumbuhan itu memang tumbuh (growing).

Kita boleh berusaha, melakukan upaya-upaya yang terbaik, namun ada saatnya kita memutuskan untuk membiarkan hukum alam bekerja. Seperti menanam tumbuhan. Kita bisa memberinya pupuk, menyirami setiap hari,namun kita tidak perlu melakukan penantian untuk menunggu buah. Buah akan muncul sesuai dengan sifat alaminya sendiri. Sebagai gantinya kita lebih banyak menikmati proses perjalanannya. Orang yang terlalu serius sering hanya ingin hasil dan tidak bisa menikmati proses. 

2.  Don’t think another side is better!
Jangan berpikir hal-hal luar kita selalu lebih baik! Ada pepatah rumput tetangga selalu lebih hijau. Sering perilaku seperti itu hanya menggarisbawahi dan mengasihani diri sendiri. Kitapun terjerumus untuk tidak menghargai proses perjalanan kita. Pencapaian orang lain didasari hukum menuai dan menabur yang mereka miliki. Ada konsekuansi dalam setiap tindakan, jadi kita tidak perlu irihati melihat apa yang dialami orang lain. Tidak ada kondisi selalu enak, enak dan tidak enak selalu silih berganti. Jika kita mempelajari hidup kita akan tahu bahwa hal-hal alami seperti juga dialami orang lain.  Jauh lebih penting kita menumbuhkan wisdom dari pada pencapaian aritifisial yang bukan letak dari kebahagiaan. Kebahagiaan terletak pada diri kita sendiri.

Dari antara sekalian makhluk di atas bumi ini, hanya manusia yang mampu
mengubah garis hidupnya; dialah satu-satunya mahkluk yang sekaligus dapat
berperan sebagai arsitek nasibnya sendiri.”
(William James)

3.  Keep focused on Your Goal!
Apa yang sesungguhnya yang Anda cari?  Fokus pada tujuan, tidak lain, adalah kebahagiaan dan kedamiaan.  Beberapa saat lalu saya membaca artikel tentang orang sukses yang hingga sekarang masih sibukbekerja. Dia mengindap penyakit deabetes, dan masih sibuk melayani klien baik di dalam maupun diluar negeri. Dia mengaku sehari hanya bisa tidur 5 jam dan satu-satuny cara mengatasi diabetes hanya dengan mengatur pola makan dan tidak sempat berolahraga. Jika kita cermati dengan baik, itukah yang sesungguhnya kita cari?

Orang yang berhasil memperoleh kekuasaan politik, namun yang
memperjuangkannya demi alasan-alasan neurotik, mungkin sangat sukses,
 namun justru merupakan tipe orang yang patut diwaspadai oleh masyarakat,
sebab kebutuhannya akan kekuasaan bersifat kompulsif dan
tidak pernah akan terpuaskan.
(Frank G.Goble, dalam Mazhab Ketiga)

Fokus pada tujuan adalah mengingatkan bahwa kita mesti balance. Kesehatan, kebahagiaan, pekerjaan, keluarga, semua perlu dibuat seimbang, karena memang itulah yang seharusnya menjadi pusat perhatian kita.  Keseimbangan dapat dilakukan dengan baik jika kita memperhatikan aspek kebahagiaan dan kedamaian. Jika kita bahagia, kita bisa mengatur diri dan membuat keputusan dengan cara-cara yang lebih bijaksana. Tidak selamanya uang akan membuat hidup kita lebih bermakna.

4.  Look inside!
Lihat kedalam! Nasihat ini dilakukanketika kita sedang mengalami ketegangan emosional.  Ketika ketegangan terjadi, lihat ke dalam. Menyadari dan menerima adanya emosi-emosi negatif adalah teknik yang efektif untuk meredakannya. Setelah emosi lebih stabil bolehlah lihat keluar lagi.

Emosi negatif jika diatasi sejak awal akan jauh lebih mudah. Dalam meditasi, kemampuan untuk menyadari adanya tendensi diri berupa emosi negatif dijadikan sebagai bagian dari teknik.

5.  Express Your Happiness!
Ekspresikan kebahagiaan dengan perbuatan baik. Kebaikan hati yang diungkapkan semakin menggarisbawahi  kebaikan hati itu sendiri. Sebaliknya jika niat buruk diungkapkan dan ekspresikan terus menerus, maka keburukan akan semakin kuat. Kebaikan kita butuhkan untuk menjaga diri agar hidup lebih nyaman, lebih puas karena telah banyak melakukan perbuatan baik. Seperti pepatah China: “Rahasia hidup sehat adalah dengan banyak berbuat baik.” Perbuatan baik memberikan kedamaian pada pelakunya.

6.  Don’t think what You Get from doing Good!
Jangan memikirkan apa yang kita dapatkan dalam melakukan sesuatu baik perbuatan baik atau juga aktivitas terbaik yang telah kita lakukan. Dalam pekerjaan profesional sering ada rencana-rencana dan prosedur-prosedur tertentu untuk mencapai hasil. Namun pada akhirnya kita mesti membiarkan hukum alam yang mewujudkannya. Memikirkan hasil sering hanya merusak kenikmatan kita dalam proses perjalanannya. Dalam berbuat baik juga jangan membatasi diri pada nama baik saja. Nama baik maupun celaan bukan alasan kita untuk menentukan suatu perbuatan. Justru kebaikan hati bisa mengatasi pujian dan celaan.

7.  Continue your Spiritual Evolution!
Lanjutkan evolusi spiritual Anda! Evolusi spiritual berhubungan dengan kualitas kebahagiaan. Hirarki kebahagiaan meningkat seiiringan dengan kesederhanaan, kebaikan hati, kedamaian, termasuk juga
keceriaan dalam hidup.

Dengan kata lain, kepribadian hanyalah merupakan
hasil akhir dari berbagai sistem kebiasaan kita.”
(John B. Watson, pakar Behaviorisme)

Dalam proses perpindahan Kuadran tentu fluktuatif, bukan proses yang linier dan mulus meningkat terus. Selalu proses perkembangan diri naik dan turun, namun dengan memperhatikan tujuh kiat ini secara periodik, pasti kita akan memiliki cara hidup yang jauh lebih baik, lebih damai dan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar